TASIKMALAYA – Di tengah kian merosotnya minat baca buku di kalangan generasi Z akibat derasnya arus gawai, kekhawatiran pegiat literasi pun kian nyata. Dari keresahan inilah lahir sebuah gerakan sederhana namun penuh makna: Gebyar Literasi 2025 yang digagas oleh Anan Yuliati, S.Ip, pendiri PKBM Harapan sekaligus Taman Baca Masyarakat (TBM) Harapan di Desa Cikunten, Kabupaten Tasikmalaya.
Kegiatan yang digelar pada 20–21 September 2025 ini menghadirkan suasana berbeda. Selama acara, para remaja “dipaksa” meninggalkan gawai mereka, lalu larut dalam interaksi langsung dengan buku dan kreativitas.
Pada hari pertama, Sabtu (20/9), acara diawali dengan seminar dasar-dasar literasi yang kemudian dilanjutkan dengan lomba menggambar bertema literasi ala TBM Harapan. Sebanyak 30 remaja antusias mengikuti lomba ini.
Menurut Galih Witono, S.Pd, narasumber dari Komunitas Literasi Kabupaten Tasikmalaya, lomba menggambar bukan sekadar ajang menuangkan imajinasi di atas kertas. “Setiap coretan memiliki makna. Peserta harus bisa menjelaskan maksud warna, bentuk, hingga pesan di balik gambar mereka. Itu bagian dari literasi visual,” ungkap Galih yang juga seorang guru SD.
Ia menambahkan, literasi bukan hanya sebatas membaca buku. “Membaca memang fondasi, tapi anak-anak juga harus dilatih menyerap pengetahuan lewat literasi sains, audio-visual, digital, dan seterusnya. Harapan saya, kegiatan seperti ini terus berlanjut dan mendapat dukungan konsisten dari berbagai pihak,” tegasnya.
Memasuki hari kedua, Minggu (21/9), PKBM Harapan bersama TBM Harapan menggelar kegiatan membaca buku bersama untuk masyarakat sekitar. Acara ini juga dibarengi dengan pelatihan pengelolaan administrasi TBM serta pembekalan untuk relawan literasi. Mengusung tema “Satu Buku, Seribu Inspirasi”, kegiatan ini diharapkan mampu menularkan semangat membaca ke lebih banyak kalangan.
Bagi Anan Yuliati, kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan panggilan hati. “Saya khawatir dengan kondisi remaja sekarang yang begitu lengket dengan gawai. Lewat gebyar literasi ini, saya ingin menunjukkan bahwa berinteraksi dengan buku bisa jauh lebih menyenangkan dan penuh makna,” ujarnya penuh semangat.
Gebyar Literasi ini menjadi pengingat, bahwa di balik derasnya arus digitalisasi, buku tetap menyimpan sejuta inspirasi—asal ada yang bersedia membuka, membaca, dan memaknainya.
Tidak ada komentar