- Mendikbud Luncurkan Program Sekolah Penggerak - 1 Januari 1970
- Komisi X Dukung GTK Honorer di Atas 35 Tahun Diangkat PNS - 1 Januari 1970
- DPR Minta Pemerintah Evaluasi Soal CPNS Guru - 1 Januari 1970
MAHASISWA berperan penting dalam pendidikan karakter dengan mendobrak pendidikan karakter sejak dini dan dimulai dari diri sendiri.
Demikian disampaikan Ketua Umum Partai Hanura Jenderal (Purn) H. Wiranto, SH, MM dalam Seminar Nasional dan Workshop Pendidikan Karakter dengan judul makalah ‘Kepemimpinan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa di Era Globalisasi’, di Jakarta, Rabu (26/6/2013).
Dituturkan Wiranto, ada tiga variabel dalam pembentukan karakter bangsa di era globalisasi. Pertama, karakter bangsa Indonesia sangat dan abstrak rumit. Oleh karena itu, perlu adanya gunung es karakter. Dalam artian, dibutuhkan karakter dengan nilai-nilai yang khas, baik dalam menilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.
Wiranto pun mengakui jika pendidikan karakter mempunyai sisi kelam potret bangsa Indonesia. Di mana meningkatnya kekerasan di kalangan masyarakat, perilaku tidak jujur menjadi budaya baru, sikap fanatik terhadap kelompok, sampai rendahnya rasa hormat kepada yang lebih tua seperti guru, dll.
“Ada apa dengan bangsa kita? Mari kita coba membangun karakter bersama, seperti quote dari Bung Hatta yaitu ‘jadilah tuan di negeri sendiri’ itu kata yang singkat tapi sangat berkarakter,” tegas Wiranto.
Variabel kedua adalah keberadaan Indonesia di tengah globalisasi. Baginya, Indonesia saat ini sedang tersandera dengan banyaknya produk luar negeri di Indonesia seperti pusat perbelanjaan, mobil, HP, dan lain sebagainya.
Variabel ketiga yaitu pemimpin pemrakarsa perubahan. Lanjut dia, karakter tidak akan bisa berjalan dengan baik kalau tidak ada pemimpin yang memrakarsa perubahan. Dengan demikian, Wiranto melanjutkan, pendidikan karakter sangat ironi dalam demokrasi di Indonesia.
“Demokrasi kita justru telah menenggelamkan manusia-manusia berkarakter jujur dan bertanggung jawab, kemudian manusia yang memiliki karakter kuat dan baik sulit bisa meraih kedudukan dalam kepemimpinan di negeri ini melalui kompetisi yang fair,” pungkasnya.(kampus.okezone.com)