SIAPBELAJAR.COM – Pada 2 Mei 2023, Indonesia dan Korea Selatan resmi menggunakan mata uanag lokal masing-masing, yaitu Rupiah dan Won untuk melakukan berbagai transaksi perdagangan, seperti investasi dan transaksi lainnya. Hal tersebut berarti bahwa kedua negara ini tidak lagi menggunakan Dolar dalam transaksi perdagangan.
Tidak hanya Indonesia dan Korea Selatan, terdapat beberapa negara lain yang juga mulai mengurangi penggunaan Dolar AS (Amerika Serikat) dalam perdagangan investasinya, diantara adalah China, Brazil, Rusia dan India.
Dedolarisasi
Fenomena ini disebut dengan istilah dedolarisasi. Dedolarisasi merupakan upaya mengganti atau meninggalkan dolar AS untuk melakukan transaksi negara. Hal tersebut membuat Amerika Serikat (AS) yang merupakan salah satu negara dengan ekonomi terkuat di dunia mulai terancam.
Dampak Dedolarisasi
Dedolarisasi dimulai setelah Amerika memberikan sanksi keuangan terhadap Rusia. Sejak saat itu, Rusia dan sejumlah mitra kerjanya yang lain meninggalkan Dolar. Kejadian dedolarisasi ini menyebabkan nilai Dolar AS menurun, padahal pada saat itu tengah terjadi kenaikan suku bunga dan inflasi. Fenomena ini juga berdampak pada cadangan devisa global karena didominasi oleh Dolar AS.
Menurut data International Monetary Fund (IMF), cadangan devisa global di kuartal IV 2022 mengalami penurunan sebesar 8,66% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
ASEAN Kurangi Penggunaan Dolar
Negara-negara ASEAN juga diketahui tengah melakukan hal yang sama. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy mengatakan bahwa dengan mengutamakan penggunaan mata uang lokal, maka hal tersebut akan mengurangi ketergantungan negara-negara ASEAN pada Dolar AS.
Tidak ada komentar